PENGEMBANGAN
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS
A.
Berpikir Kritis
Definisi
berpikir masih diperdebatkan dikalangan pakar pendidikan. Diantara mereka masih
terdapat pandangan yang berbeda-beda. Walaupun tafsiran mereka itu
berbeda-beda, namun umunya para tokoh pemikir setuju bahwa pemikiran dapat
dikaitkan dengan proses untuk membuat keputusan dan menyelesaikan masalah.
Berpikir
ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadap
sesuatu, dengan berbagai kemungkinan idea atau ciptaan dan membuat pertimbangan
yang wajar, membuat keputusan dan
menyelesaikan masalah dan seterusnya membuat refleksi dan terhadap proses yang
dialami.
Berpikir
ialah kegiatan memfokuskan pada
eksplorasi gagasan, memberikan berbagai kemungkinan-kemungkinan dan mencari
jawaban-jawaban yang lebih benar.
Dalam
konteks pembelajaran, pengembangan kemampuan berpikir ditujukan untuk beberapa
hal, diantaranya adalah :
1.)
Latihan berfikir secara kritis dan logis untuk
membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dengan bijak, misalnya luwes,
reflektif, ingin tahu, mampu mengambil resiko, tidak putus asa, mau bekerjasama
dan lain lain,
2.)
Mengaplikasikan
pengetahuan, pengalaman dan kemahiran berfikir secara lebih praktik baik di
dalam atau di luar sekolah,
3.)
Menghasilkan
idea atau ciptaan yang kreatif dan inovatif,
4.)
Mengatasi
cara-cara berfikir yang terburu-buru, kabur dan sempit,
5.)
Meningkatkan
aspek kognitif dan afektif, dan seterusnya perkembangan intelek mereka.
6.)
Bersikap
terbuka dalam menerima dan memberi pendapat, membuat pertimbangan berdasarkan
alasan dan bukti, serta berani memberi pandangan dan kritik
Berpikir
kiritis berbeda dengan berpikir biasa atau berpikir rutin. Berpikir kritis
merupakan proses berpikir intelektual di mana pemikir dengan sengaja menilai
kualitas pemikirannya, pemikir menggunakan pemikiran yang reflektif, independen,
jernih dan rasional.
Berpikir
Kriitis merupakan Proses intelektual yang dengan aktif dan terampil
mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi
informasi yang dikumpulkan atau dihasilkan dari pengamatan, pengalaman,
refleksi, penalaran, atau komunikasi, untuk memandu keyakinan dan tindakan
(Scriven & Paul, 1992)
Berpikir kritis
mencakup keterampilan menafsirkan dan menilai pengamatan, informasi, dan
argumentasi. Berpikir kritis meliputi pemikiran dan penggunaan alasan yang
logis, mencakup ketrampilan membandingkan, mengklasifikasi, melakukan
pengurutan (sekuensi), menghubungkan sebab dan akibat, mendeskripsikan pola,
membuat analogi, menyusun rangkaian, memberi alasan secara deduktif dan
induktif, peramalan, perencanaan, perumusan hipotesis, dan penyam-paian kritik.
Berpikir kritis mencakup penentuan tentang makna dan kepentingan dari apa yang
dilihat atau dinyatakan, penilaian argumen, pertimbangan apakah kesimpulan
ditarik berdasarkan bukti-bukti pendukung yang memadai.
Berpikir kritis
tidak sama dengan berdebat atau mengkritisi orang lain. Kata “kritis” terhadap
suatu argumen tidak identik dengan “ketidaksetujuan” terhadap suatu argumen
atau pandangan orang lain. Penilaian kritis bisa saja dilakukan terhadap suatu
argumen yang bagus, sebab pemikiran kritis bersifat netral, imparsial dan tidak
emosional.
Berpikir kritis
merupakan keterampilan berpikir universal yang berguna untuk semua profesi dan
jenis pekerjaan. Demikian juga berpi-kir kritis berguna dalam melakukan
kegiatan membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, berdiskusi, dan sebagainya,
untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Analisis yang kritis dapat
meningkatkan pemahaman tentang suatu masalah. Pemikiran yang analitis,
diskriminatif, dan rasional, membantu memilih alternatif solusi yang berguna
dan menyingkirkan solusi yang tak berguna. Pemikiran yang reflektif dan
independen dapat menghindari keterikatan kepada keyakinan yang salah, sehingga
memperkecil risiko untuk pengambilan keputusan salah yang
didasarkan pada keyakinan yang salah tersebut.
Berpikir kritis juga
berguna untuk mengekspresikan ide-ide. Pemikiran kritis memili-ki peran penting
dalam menilai manfaat ide-ide baru, memilih ide-ide yang terbaik, dan
memodifi-kasinya jika perlu, sehingga bermanfaat di dalam melakukan
pekerjaan-pekerjaan yang memerlukan kreativitas.
Ada 3 syarat diperlukan
untuk memiliki kemampuan berpikir kritis:
1. Sikap untuk menggunakan pemikiran yang dalam di dalam melihat
suatu permasalahan, dengan menggunakan pengalaman dan bukti yang ada
2. Pengetahuan tentang metode untuk bertanya dan mengemukakan
alasan dengan logis
3. Ketrampilan untuk menerapkan metode tersebut
Karakteristik Pemikiran Kritis
Berpikir kritis
memerlukan upaya terus menerus untuk menganalisis dan mengkaji keyakinan,
pengetahuan yang dimiliki, dan kesimpulan yang dibuat, dengan menggunakan
bukti-bukti yang mendukung.
Berpikir kritis
membutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi prasangka, bias (keberpihakan),
propaganda (misalnya, propaganda perusahaan obat), kebohongan, distorsi
(penyesatan), mis informasi (informasi yang salah), egosentris-me, dan
sebagainya.
Berpikir kritis mencakup
kemampuan untuk mengenali masalah dengan lebih tajam, menemukan cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, mengumpulkan informasi yang
relevan, mengenali asumsi dan nilai-nilai yang ada di balik keyakinan,
pengetahuan, maupun kesimpulan.
Berpikir kritis
mencakup kemampuan untuk memahami dan menggunakan bahasa dengan akurat, jelas,
dan diskriminatif (yakni, melihat dan membuat perbedaan yang jelas tentang setiap
makna), kemampuan untuk menaf- sirkan data, menilai bukti-bukti dan
argumentasi, mengenali ada tidaknya hubungan yang logis antara dugaan satu
dengan dugaan lainnya.
Demikian juga berpikir
kritis meliputi kemampuan untuk menarik kesimpulan dan generalisasi yang bisa
dipertanggungjawabkan, menguji kesimpulan dan generalisasi yang dibuat,
merekonstruksi pola keyakinan yang dimiliki berdasarkan pengalaman yang lebih
luas, dan melakukan pertimbangan yang akurat tentang hal-hal spesifik dalam
kehidupan sehari-hari.
Karakteristik Pemikir Kritis
Berpikir kritis dapat
terjadi ketika seorang membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah. Ketika
seorang mempertimbangkan apa-kah akan mempercayai atau tidak mempercayai,
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, atau mempertimbangkan untuk
bertindak dengan alasan dan kajian yang kuat, maka ia sedang menggunakan cara
berpikir kritis.
Seorang yang berpikir
kritis akan mengkaji ulang apakah keyakinan dan pengetahu-an yang dimiliki atau
dikemukakan orang lain logis atau tidak. Demikian juga seorang yang berpikir
kritis tidak akan menelan begitu saja kesimpulan-kesimpulan atau hipotesis yang
dikemukakan dirinya sendiri atau orang lain.
Seorang pemikir kritis
memiliki sejumlah karakteristik sebagai berikut:
1. Mengemukakan pertanyaan-pertanyaan dan masalah penting,
merumuskannya dengan jelas dan teliti
2. Memunculkan ide-ide baru yang berguna dan relevan untuk
melakukan tugas. Pemikiran kritis memiliki peran penting untuk menilai manfaat
ide-ide baru, memilih ide-ide yang terbaik, atau memodifikasi ide-ide jika
perlu
3. Mengumpulkan dan menilai informasi-informasi yang
relevan, dengan menggunakan gagasan abstrak untuk menafsirkannya dengan efektif
4. Menarik kesimpulan dan
solusi dengan alasan yang kuat, bukti yang kuat, dan mengujinya dengan
menggunakan kriteria dan standar yang relevan
5. Berpikir terbuka dengan menggunakan berbagai
alternatif sistem pemikiran, sembari mengenali,
menilai, dan mencari hubungan- hubungan antara semua asumsi, implikasi, akibat-akibat praktis
6. Mampu mengatasi kebingungan, mampu membedakan antara
fakta, teori, opini, dan keyakinan
7. Mengkomunikasikan dengan
efektif kepada orang lain dalam upaya menemukan solusi atas masalah-masalah
kompleks, tanpa terpengaruh oleh pemikiran orang lain tentang topik yang
bersangkutan
8. Jujur terhadap diri
sendiri, menolak manipulasi, memegang kredibilitas dan integritas ilmiah, dan
secara intelektual independen, imparsial, netral Mengembangkan
sifat berpikir kritis
Sifat
intelektual seorang perlu dikembangkan dan diasah agar menjadi pemikir yang
kritis. Tidak ada resep yang instan untuk mengembangkan sifat-sifat
intelektualitas dari seorang pemikir kritis. Sebab berpikir kritis dikembangkan
berdasarkan konsep-konsep dan prinsip, ketimbang prosedur yang kaku, atau resep
tertentu. Berpikir kritis menggunakan tidak hanya logika (baik logika formal
maupun informal), tetapi juga kriteria intelektual yang lebih luas, meliputi
kejelasan, kepercayaan (credibility), akurasi, presisi (ketelitian), relevansi,
kedalaman, keluasan, dan signifikansi (kemaknaan).
Salah satu cara
yang penting untuk mengembangkan sifat-sifat berpikir kritis adalah mempelajari
seni untuk menunda penarikan kesimpulan definitif. Caranya adalah menerapkan
orientasi persepsi ketimbang menarik kesimpulan final terlalu dini. Sebagai
contoh, ketika membaca sebuah novel, menonton film, mengikuti diskusi atau
dialog, hindari kecenderungan untuk mengha-kimi atau menarik kesimpulan tetap.
Untuk melatih
berpikir kritis, seorang perlu menyadari dan menghindari adanya kecenderungan
untuk melakukan kesalahan-kesalahan yang menyebabkan orang tidak berpikir
kritis, antara lain sebagai berikut:
1. Dalam suatu argumen
terlalu mengeneralisasi posisi atau keadaan. Sebagai contoh, dalam suatu
argumen terdapat kecenderungan untuk mengira semua orang tahu, padahal tidak
setiap orang tahu. Demikian juga mengira semua orang tidak tahu, padahal ada
orang yang tahu. Pemikir kritis berhati-hati dalam menggunakan kata “semua”,
atau “setiap”. Lebih aman menggunakan kata “sebagian besar”, atau “beberapa”.
2. Menyangka
bahwa setiap orang memiliki bias (keberpihakan) di bawah sadar, lalu
mempertanyakan pemikiran refleksif yang dilakukan orang lain. Pemikir kritis
harus bersedia untuk menerima kebenaran argumen orang lain. Perdebatan tentang
argumen bisa saja menarik, tetapi tidak selalu berarti bahwa argumen sendiri
benar.
3. Mengadopsi
pendapat yang ego-sensitif. Nilai-nilai, emosi, keinginan, dan pengalaman
seorang mempengaruhi keyakinan dan kemampuan orang untuk memiliki pemikiran
yang terbuka. Pemikir kritis harus menying-kirkan kesalahan ini dan
mempertimbangkan untuk menerima informasi dari luar
4. Mengingat kembali keyakinan lama yang dipercaya
dengan kuat tetapi sekarang dittolak
5. Kecenderungan untuk berpikir kelompok, suatu keadaan
di mana keyakinan seorang dibentuk oleh pemikiran orang-orang diseki-tarnya
ketimbang apa yang ia sendiri alami atau saksikan
Menurut
Perkin (1992), berpikir kritis itu memiliki 4 karakteristik, yakni (1)
bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan kita
terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan logis, (2) memakai standar
penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dan membuat keputusan, (3)
menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk
menentukan dan menerapkan standar, (4) mencari dan menghimpun informasi yang
dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang dapat mendukung suatu
penilaian.
Sedangkan
Beyer (1985) mengatakan bahwa kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan (1)
menentukan kredibilitas suatu sumber, (2) membedakan antara yang relevan dari
yang tidak relevan, (3) membedakan fakta dari penilaian, (4) mengidentifikasi
dan mengevaluasi asumsi yang tidak terucapkan, (5) mengidentifikasi bias yang
ada, (6) mengidentifikasi sudut pandang, dan (7) mengevaluasi bukti yang
ditawarkan untuk mendukung pengakuan,
Berpikir
kritis dapat diajarkan melalui:(1) perkuliahan, (2) laboratorium, (3) tugas
rumah, (4) Sejumlah latihan, (5) Makalah, dan (6) ujian. Dengan demikian
berpikir kritis dapat dimasukkan dalam kurikulum dengan mempertimbangkan: (1)
siapa yang mengajarkan, (2) apa yang diajarkan, (3) kapan mengajarkan, (4)
bagaimana mengajarkan, (5) bagaimana mengevaluasi, dan (6) menyimpulkan.
Mengembangkan
Kemampuan Berpikir Kritis
Hanya sedikit hal dalam
hidup ini yang berupa hitam dan putih. Sehingga
sangat penting untuk mampu melihat segala sesuatu dari berbagai sisi hingga
mampu mencapai kesimpulan yang logis. Berpikir
kritis sangat penting dalam mempelajari materi baru dan mengaitkannya dengan apa
yang telah kita ketahui. Meskipun tidak mengetahui semuanya, kita dapat
belajar untuk bertanya secara efektif dan mencapai kesimpulan yang konsisten
dengan fakta.
sangat penting untuk mampu melihat segala sesuatu dari berbagai sisi hingga
mampu mencapai kesimpulan yang logis. Berpikir
kritis sangat penting dalam mempelajari materi baru dan mengaitkannya dengan apa
yang telah kita ketahui. Meskipun tidak mengetahui semuanya, kita dapat
belajar untuk bertanya secara efektif dan mencapai kesimpulan yang konsisten
dengan fakta.
1.
Ketika kita menjumpai fakta, gagasan atau konsep baru, pastikan kita memahami dan mengetahui istilah-istilah yang ada.
2.
Pelajari bagaimana fakta atau informasi diperoleh.
Apakah
diperoleh dari percobaan, apakah percobaan tersebut dilakukan dengan baik dan
bebas bias? Dapatkah percobaan itu diulangi?
diperoleh dari percobaan, apakah percobaan tersebut dilakukan dengan baik dan
bebas bias? Dapatkah percobaan itu diulangi?
3.
Jangan terima semua pernyataan pada secara seketika. Apakah
sumber informasi tersebut dapat dipercaya?
sumber informasi tersebut dapat dipercaya?
4.
Pertimbangkan apakah
kesimpulan mengikuti fakta? Bila fakta tidak
mendukung
kesimpulan, ajukan pertanyaan dan tentukan kenapa demikian. Apakah argumen yang
dipergunakan logis atau mengambang?
kesimpulan, ajukan pertanyaan dan tentukan kenapa demikian. Apakah argumen yang
dipergunakan logis atau mengambang?
5.
Terbuka terhadap gagasan baru.
B.
Berpikir Logis
Secara bahasa Logika berasal Dari bahasa Yunani : Logos (perkataan, alasan,
uraian, pemikiran, yang harus
memperhatikan kaidah-kaidah berpikir yang universal).
Logika = Logos + Scientia : ilmu
berpikir
Berpikir : kegiatan mental yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan atau
kebenaran.
Secara
etimologis berasal dari kata logos (Yunani) berarti akal / pikiran.
Sehingga logika banyak diartikan sebagai bidang pengetahuan yang mempelajari
tentang bagaimana cara atau aturan berpikir benar.
Sehingga
dapat disimpulkan: logika adalah pengetahuan yang mengajarkan tentang cara
berpikir untuk mencapai suatu kebenaran yang hakiki (sebenar-benarnya)
Manfaat Logika
Ø Meningkatkan daya nalar.
Ø Pengembangan diri sebagai manusia (rasionalitas).
Ø Sikap kritis (kecenderungan batin untuk mempertimbangkan sedalam-dalamnya
setiap gagasan yang dijumpai).
Ø Logika sebagai ilmu akan membawa manusia kepada prinsip pemikiran yang
benar.
Ø Meningkatkan kemampuan penalaran, sehingga dapat membedakan benar dan salah.
Ø Akan menyadarkan kita agar waspada terhadap bukti dan alasan yang diajukan.
Ø Membantu untuk bersifat kritis.
Tujuan Logika
Agar manusia
dapat menemukan hukum, patokan, pedoman berpikir, sehingga ia dapat berpikir
secara runtut dan tepat.
Runtut artinya ada ketertiban dan keteraturan dalam berpikir .
Tepat berarti tidak terjadi kesesatan dalam berpikir. Sehingga kita akan
terhindar dari kekeliruan dalam mengerti, berpendapat dan menyimpulkan sesuatu.
Cara
berpikir secara logis terbagi dua, yaitu : induksi dan deduksi
Logika Induktif
Logika
induktif digunakan untuk penarikan
kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan umum
Contoh suatu pemikiran induksi :
fakta memperlihatkan : kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, begitu pula singa, kucing dan binatang-binatang lainnya. Secara induksi dapat disimpulkan secara umum bahwa: semua binatang mempunyai mata.
fakta memperlihatkan : kambing mempunyai mata, gajah mempunyai mata, begitu pula singa, kucing dan binatang-binatang lainnya. Secara induksi dapat disimpulkan secara umum bahwa: semua binatang mempunyai mata.
Logika deduktif
Penarikan kesimpulan
dari hal yang bersifat umum menjadi khusus yang bersifat individual.
Contoh suatu
pemikiran deduksi :
contoh berikut memakai pola berpikir
yang dinamakan silogismus, suatu pola berpikir yang sering dipakai dalam
menarik kesimpulan secara deduksi.
Ø Semua mahluk mempunyai mata (Premis
mayor)
Ø Si Polan adalah seorang mahluk (Premis
minor)
Ø Jadi si Polan mempunyai mata (Kesimpulan)
Penarikan kesimpulan secara deduksi harus memenuhi syarat:
Premis mayor harus benar
Premis minor harus benar
Kesimpulan harus sahih (mempunyai keabsahan)
Premis mayor harus benar
Premis minor harus benar
Kesimpulan harus sahih (mempunyai keabsahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar